Internet dan Demokrasi

Internet dan Demokrasi

Are you there Democracy? Its me the internet. Suatu proyek inisiasi dari seorang aktor Hollywood, Joseph Gordon-Levit bernama Hit Record baru-baru ini meluncurkan sebuah program menarik yang diberi nama; Are you there Democracy? Its me the internet.

Joseph dalam sebuah video yang ia unggah melalui laman Facebooknya, mengatakan bahwa ia terinspirasi oleh tokoh-yang juga ia perankan dalam film terbarunya; Edward Snowden.

Masih dalam video yang sama, Edward Snowden, seorang whistleblower yang mengungkap bagaimana pemerintahan Amerika menyadap data-data pribadi masyarakatnya, justru memperlihatkan sisi optimis ketika Ia ditanya apakah internet akan berdampak baik atau buruk terhadap demokrasi.

Snowden bercerita tentang kemudahan akses, bahwa dengan internet, siapapun pada saat sekarang dapat berperan. “People are more liberated to share, to engaged to democracy” ujar Snowden. Walaupun ia sendiri menambahkan, pengarih yang diberikan internet terhadap demokrasi tetap akan memiliki dampak yang kompleks.

Di Indonesia sendiri, terdapat beragam situs-situs menarik yang ikut berperan dalam membantu warga memahami makna dan juga bijak dalam beraktivitas melalui internet. Salah satunya adalah Kelas Muda Demokrasi (Kemudi).

Untuk mengetahui bagaimana ide dan awal mula terbentuknya Kelas Muda Demokrasi, berikut adalah hasil wawancara tim DPF (Ariyanti) dengan Resa Temaputra, salah seorang tim dari Kemudi;

Ariyanti: Sebelumnya, saya ingin mengetahui tentang awal mula muncunya ide untuk Kemudi. Apa yang mendasarinya dan siapa saja yang berperan dalam hadirnya Kelas Muda Demokrasi ini?

Resa: Ide berdirinya semacam sekolah atau pembuatan modul mengenai internet ini diawali dari rasa kekecewaan kita terhadap pemerintah yang tidak memberikan rambu rambu atau penjelasan yang lengkap mengenai apa sebenarnya internet dan bagaimana internet itu bermanfaat bagi masyarakat. Yang terjadi malah banyaknya kriminalisasi terhadap orang orang yang berusaha menyampaikan pendapatnya di internet melalui akun media sosial mereka.

Maka dari situlah Kemudi lahir, kita ingin memberikan semacam rambu rambu, arahan, apa yang bisa dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan di internet. Kita ingin memberikan kendali penuh kepada pengguna ketika mengakses internet, makanya kita berikan nama Kemudi seperti halnya mengemudikan kendaraan.

Awal dibentuknya Kemudi ini atas inisiatif beberapa orang dari beberapa organisasi. Ada Damar Juniarto dari Safenet, Maulida Raviola dari Pamflet, Andaru Pramudito dan saya sendiri Resa dari Public Virtue Institute. Selain itu juga ada beberapa orang yang memberi masukan, diantaranya Donny BU dari ICT Watch dan Aquino dari Koalisi Seni Indonesia.

Ariyanti: Kenapa mengusung tema demokrasi?

Resa: Kenapa mengusung tema demokrasi? menurut kita, internet dan demokrasi itu sangat erat kaitannya. Salah satu tujuan penggunaan internet diantaranya adalah mengungkapkan ekspresi, dan itu menjadi dasar bagi warganya untuk berdemokrasi. Ketika warga sudah dilarang untuk bersuara melalui internet, maka demokrasi nya juga yang terancam. Kira kira seperti itu.

Ariyanti: Terakhir, mengenai permasalahan di dunia teknologi sendiri, menurut Kemudi apa yang paling krusial? Ada dua kelompok dalam menghadapi perkembangan teknologi, pertama kelompok yang sinis dengan teknologi dan kelompok yang optimis dengan teknologi, Kemudi masuk dalam kategori yang mana?

Resa: Untuk kategorisasi kelompok, mungkin bisa dibilang kami optimis tetapi tetap dengan perspektif yang kritis. Maksudnya adalah kita tidak bisa hanya tinggal duduk diam supaya internet bisa membantu proses demokrasi di Indonesia. Masyarakatnya juga harus diberikan edukasi tentang bagaimana internet itu bisa membantu proses pemerintahan yang demokratis, walaupun kenyataannya yang ada sekarang para pengguna internet justru diperkarakan dengan UU ITE.

Bagikan Artikel ini di :