Dalam dunia pendidikan, istilah guru pembelajar dan literasi teknologi tentunya sudah familiar didengar. Akan tetapi, dalam praktik pelaksanaannya masih banyak yang belum memahami, bahkan mendengar istilah guru pembelajar dan media pembelajaran masih merupakan hal yang asing bagi mereka. Pertanyaannya, tahukah Anda apa yang dimaksud dengan istilah guru pembelajar dan literasi teknologi tersebut?
Filosofi guru pembelajar merupakan gambaran dari guru yang ideal, dimana mereka terus belajar dan mengembangkan kemampuan dirinya. Artinya, guru pembelajar adalah guru yang senantiasa terus belajar selama dia mengabdikan dirinya di dunia pendidikan.
Table of Contents
ToggleMengapa Guru Harus Terus Belajar?
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas, memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
Guru terus belajar dan mengembang diri bukan untuk pemerintah atau kepala sekolah, tapi memang sejatinya setiap pendidik/guru adalah pembelajar. Guru bukan hanya seorang pengajar tetapi lebih dari itu, mereka juga pendidik. Sebagai pendidik, guru harus memiliki berbagai kemampuan kompetensi yang profesional. Karena hanya dari guru yang terus belajar dan berkarya-lah, maka akan muncul generasi pembelajar sepanjang hayat yang terus-menerus berkontribusi pada masyarakat dan lingkungannya.
Guru pembelajar harus turut mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menuntut guru agar mampu beradaptasi dengan perkembangan dunia modern. Dalam kondisi ini, seorang guru yang ada di pelosok desa, juga dituntut beradaptasi dengan berbagai perubahan yang baru, terutama yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Secara umum, guru-guru di Indonesia adalah guru yang hebat dan berkompeten, hanya saja masih ada guru-guru yang tidak mau keluar dari zona nyaman atau dengan kata lain, usaha yang dilakukan masih sangat minim untuk mengikuti perkembangan IPTEKS. Alasan klasik yang sering muncul adalah karena ada kesibukan lain, sudah tua dan waktu pengabdian atau masa pensiunnya sudah dekat.
Karakter peserta didik yang senantiasa beragam dan tentu saja berbeda dari generasi ke generasi, juga akan menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Metode pembelajaran yang digunakan pada peserta didik generasi terdahulu akan sulit diterapkan pada peserta didik generasi sekarang. Oleh karena itu, cara ataupun metode pembelajaran yang digunakan guru harus sesuai dengan kondisi peserta didik saat ini, dengan kata lain peserta didik yang melek teknologi.
Literasi Teknologi
Pernyataan bahwa pengetahuan teknologi guru di desa lebih rendah dibanding guru di kota, sudah sering kita dengar. Pembenaran akan hal tersebut barangkali dapat kita telaah, sebab di beberapa desa, sarana dan prasarana akan teknologi masih sangat minim. Deskripsi singkat mengenai pengetahuan guru tentang teknologi ini, kelihatannya sangat biasa-biasa saja, sederhana, dan mudah bagi guru-guru perkotaan. Namun bagi guru-guru pedesaan yang berada di ujung negeri ini tidaklah demikian. Bagi mereka, itu hal yang baru, asing dan sangat tidak mudah.
Masalah-masalah yang dialami para guru di pedesaan tersebut bisa diklasifikasikan menjadi dua, yaitu keterbatasan internal dan keterbatasan eksternal. Keterbatasan internal guru pedesaan merupakan keterbatasan kemampuan dan keterampilan dalam mengoperasikan perangkat komputer/laptop dan keterbatasan pengetahuan tentang cara menggunakan aplikasi sistem daring atau online. Belum lagi keterbatasan eksternal, yakni masih adanya guru-guru pedesaan yang belum memiliki sarana dan prasarana untuk mengakses sistem daring atau online, seperti komputer/laptop, modem serta ketersediaan jaringan internet di wilayah pedesaan tersebut dapat dipastikan kalaupun ada jaringan internetnya lambat.
Peserta didik saat ini membutuhkan komponen literasi yang semestinya turut berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Hal ini dapat diseimbangkan dengan menyajikan komponen literasi disetiap mata pelajaran dengan turut memanfaatkan teknologi. Kegiatan ini sekaligus akan membantu kegiatan belajar-mengajar untuk saling berbagi informasi dalam mengolah, menyajikan, dan melaporkan kegiatan hasil praktik/diskusi/observasi melalui komputasi, web sekolah, searching dan lainnya.
Tak dapat dipungkiri, kini informasi apapun dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja dan dengan mudah pula dipergunakan untuk tujuan apa saja. Begitupun dengan peserta didik, sebagian besar dari mereka telah begitu dekat bersinggungan dengan teknologi informasi dan komunikasi, baik itu dalam bentuk elektronik maupun multimedia.
Karena arus informasi saat ini tidak bisa dibendung, maka yang dapat dilakukan saat ini adalah meningkatkan literasi teknologi dengan mendidik siswa agar berpikir kritis terhadap informasi yang diterima. Literasi teknologi menutut kemampuan menganalisis suatu informasi untuk digunakan secara tepat dalam memecahkan masalah serta pengambilan keputusan.
Peran Guru Pembelajar dalam Pengajaran Literasi Teknologi
Guru memiliki peran sangat penting dalam menciptakan masyarakat literasi yang berpikir kritis dan memiliki semangat pembelajar. Dalam hal ini, guru dapat bekerja sama dengan teknologi dalam menjangkau ataupun mengajarkan peserta didik dan mengelola informasi dalam mencapai hasil optimal materi kurikulum di sekolah.
Tentu ada faktor ekonomi, dimana untuk mengakses informasi melalui internet masih merupakan barang mahal bagi sebagian besar guru-guru di pedesaan. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah pola pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan yang masih berpola teacher centered, di mana yang aktif justru guru, bukan peserta didiknya. Persepsi guru mengenai lulusan sekolah juga masih mengutamakan prestasi akademis semata, padahal aspek paling penting dari literasi teknologi adalah aspek non akademis, seperti kepekaan terhadap lingkungan, pemahaman dan empati terhadap sesuatu, serta kemampuan untuk terus belajar dan menerima hal-hal baru dalam hidupnya.
Barangkali memang belum banyak guru-guru di pedesaan yang telah mengembangkan program pendidikan ke arah pencapaian literasi teknologi. Namun kepedulian guru-guru di pedesaan terhadap teknologi informasi cukup tinggi. Hal ini terbukti dari beberapa kegiatan pelatihan dan pendampingan yang dilakukan Djalaluddin Pane Foundation (DPF) melalui Teacher Competency Development Program (TCDP). Team ini melakukan terobosan baru untuk membantu guru-guru di pedesaan meningkatkan literasi teknologinya.
Seharusnya pemerintah cepat tanggap dalam mengatasi permasalahan yang timbul di daerah pedesaan ini. Sebagaimana yang dilakukan Djalaluddin Pane Foundation (DPF), yakni datang ke sekolah-sekolah untuk memberikan pelatihan dan pendampingan guru-guru agar melek teknologi. Selain itu, guru-guru diharapkan untuk senantiasa belajar, berkarya serta mengembangkan kapasitas diri untuk kemajuan pendidikan dan mampu menciptakan sumber daya manusia sesuai tujuan pendidikan nasional.
Sinergisme serta pastisipasi aktif dari pihak pemerintah, guru, sekolah dan pihak lainnya sangat diperlukan demi mencapai tujuan serta harapan yang begitu besar terkait pelaksanaan program guru pembelajar tersebut.