Dukungan Pangan Untuk Keluarga Di Palestina

Di Gaza Utara, kehidupan kini seolah berhenti di antara puing-puing bangunan dan suara sirene yang tak pernah padam. Dua tahun terakhir telah merenggut segalanya rumah, keluarga, bahkan harapan. Data PBB mencatat lebih dari 58 ribu jiwa telah kehilangan nyawa, dan hampir seluruh penduduk Gaza kini bergantung pada bantuan kemanusiaan. Setiap hari, orang-orang di sana berjuang bukan untuk hidup lebih baik, tapi sekadar untuk tetap hidup.

Lembaga pangan dunia IPC baru-baru ini menyatakan bahwa kelaparan resmi melanda Gaza City dan wilayah utara. Lebih dari setengah juta warga berada di ambang kelaparan, dan anak-anak menjadi wajah paling menyayat dari tragedi ini. Banyak dari mereka tumbuh dengan tubuh lemah karena kekurangan gizi, sementara para ibu rela menahan lapar agar anaknya bisa makan lebih dulu. Dunia menyaksikan, namun jalan bantuan kerap tertahan oleh situasi yang tidak pasti.

Di tengah keterbatasan, Djalaluddin Pane Foundation (DPF) mencoba membawa sedikit harapan lewat Program Berbagi Pangan Bahagia. Pada Juli 2025, Djalaluddin Pane Foundation menyalurkan bantuan untuk 65 keluarga penerima manfaat, bekerja sama dengan relawan lokal agar bantuan benar-benar sampai kepada keluarga yang membutuhkan. Bagi mereka di Gaza, satu paket beras atau sebotol minyak bukan sekadar bantuan, melainkan kesempatan untuk bertahan dan merasakan kembali arti hangatnya perhatian dari sesama manusia.

Bagi Djalaluddin Pane Foundation, setiap langkah kecil berarti upaya untuk hadir di tengah duka yang jauh. Bantuan yang dikirim ke Gaza bukan sekadar wujud kepedulian, melainkan pesan hangat dari masyarakat Indonesia bahwa rasa kemanusiaan masih tumbuh di hati banyak orang. Dukungan dari SIT Kaifa, Sekolah Penraujan, KUA Bilah Hulu, KUA Rantau Utara, Masjid An Nur Villa Palem Kencana, dan Ibu Ari Citra Asmara memperlihatkan bagaimana solidaritas bisa menyatukan banyak hati untuk satu tujuan membantu sesama yang tengah berjuang mempertahankan hidup.

Gaza Utara adalah wilayah yang paling terluka. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal, anak-anak tidur di bawah tenda, dan orang tua mencari air bersih dari sisa-sisa pipa rusak. Laporan World Food Programme menyebut sebagian besar keluarga di wilayah itu hanya makan sekali dalam sehari. Karena itu, bantuan pangan bukan sekadar logistik, ia adalah bentuk harapan paling nyata yang masih bisa digenggam.

Di lapangan, relawan lokal DPF memastikan setiap bantuan diterima dengan aman. Tidak hanya menyalurkan pangan, tetapi juga menghadirkan kembali rasa hangat di tengah ketakutan. Beberapa penerima bahkan menitikkan air mata saat menerima paket bantuan bukan karena besar nilainya, tapi karena mereka merasa masih ada yang peduli. Di dunia yang dingin, kepedulian seperti ini terasa hangat sekali.

Melalui Program Berbagi Pangan Bahagia, Djalaluddin Pane Foundation mengingatkan bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas wilayah. Di antara suara perang dan keheningan doa, masih ada tangan-tangan yang bekerja dengan tulus untuk menyalakan harapan. Dari Indonesia ke Gaza, dari hati ke hati kebaikan itu akan terus bergerak.

Tonton video lengkapnya di YouTube dengan klik link di bawah!

Bagikan Artikel ini di :